Thursday, March 25, 2010

Bangsaku Ditindas Lagi!

Sudah enam bulan aku bekerja sebagai kerani di sebuah prima milik persendirian dan selama itu juga aku melihat bangsaku semakin diinjak-injak, diperguna-guna dan diperolok-olok. Kasihan! Hanya itu yang mampu terucap di bibir.

Diskriminasi berlaku lagi terhadap kaumku yang sentiasa dianggap lemah dan mudah diperbodohkan. Bangsaku, ayuh jaga dari lenamu… janganlah terus-terusan diam di dalam lubuk kelabu itu. Jaga dan bangkitlah kalian. Jangan terus-terusan mahu ditindas sebegini. Janganlah kalian ditakuk lama dan berpegang pada tradisi yang sentiasa menunjukkan kalian amat mudah diperbodohkan! Kalian bukan bodoh! Kalian bukan penakut! Tapi kalian berani di belakang! Kalian tunduk di hadapan! Ke mana hilangnya semangat perjuangan pejuang-pejuang Melayu suatu ketika dulu? Ke mana perginya keberanian bangsa-bangsa Melayu? Di mana tercampaknya kekuatan Melayu suatu ketika dahulu?

Aku semakin membenci bangsa itu… semakin aku cuba untuk menerima hakikat, semakin itu juga perasaan benci yang melangit itu menyapa.

Mengapa? Mengapa bangsa Melayu amat mudah diperhambakan oleh bangsa lain? Mengapa? Atau… kita memang diciptakan untuk menjadi hamba kepada mereka?

Tapi bila aku renungkan kembali…

Ianya bukan salah sesiapa… ia salah bangsaku juga. Belum mencangkung sudah terus berdiri dengan megah dan sombong! Tidak sedar akan diri! Inilah jadinya.

Sampai bila kita begini? Sampai bila kita mahu terus-terusan berada di bawah? Sampai bila?!! Namun jeritan itu hanya di dalam hati! Lebih kasihan!

Wednesday, March 17, 2010

Omongan Cinta


Suatu malam di saat Aku lagi lemah, lagi butuh saluran semangat buat diri kembali yakin akan adanya esok yang bahagia. Di saat itulah Cinta datang menitiskan setitik semangatnya buat Aku.


Cinta : Kita perlu semangat, perlu kuat untuk harungi hidup ini. Hidup ini berat sayang… jadi kita harus kuat untuk menerima sesuatu yang berat itu.


Aku : Tapi Aku sudah tidak punya itu. Aku sudah kehilangannya. Aku rasa payah sekali untuk memikulnya. Aku tidak berdaya lagi.


Cinta : Bukan sayang tak punya, bukan sayang kehilangannya tapi sayang yang abaikannya. Cinta tahu kau kuat, kau ada semangat yang lebih dari Cinta. Sayang, hidup ini hanya sekali. Jangan diisi hidup ini dengan kesedihanmu… hadapi hidup ini dengan penuh semangat.


(Aku terdiam)


Cinta : Semangatlah untuk hadapi jam-jam yang mendatang. Sambutlah ia dengan penuh rasa bangga. Jangan sia-siakan kedatangan detik waktu itu walau sedetik pun.


(Aku masih khali)


Cinta : Biarkan mereka menentang kita, sayang. Walau satu dunia sekalipun yang menghalang, akan Cinta pertahankan demi rasa kasih dan sayang kita. Biarpun nyawa tentangannya. Akan Cinta hadapi. Oleh itu, kita tak boleh lemah sayang, TAK BOLEH. Kita harus kuat. Yakinlah suatu saat kita akan berhasil. Dan untuk keberhasailan itu kita butuh kesabaran yang tinggi sayang, kita perlu berkorban demi kasih sayang kita.


Aku : Tapi sampai bila? Aku bosan dengan hidup begini… Aku juga manusia yang punya keinginan untuk ada keluarga dan anak-anak.


Cinta : Pasti datang sayang waktu itu… cuma perlu masa sahaja. Dugaan kita sangat berat sayang, tapi yang berat itulah yang akan membawa hasil yang lumayan sayang… jika kita sabar dan tabah menghadapinya.


(Aku kembali bisu)


Cinta : Percayalah dengan Cinta, suatu saat kita akan peroleh restu itu. Cinta minta sayang bersabar sahaja. Banyak-banyakkan bersabar, berdoa agar kita dapat perolehinya sayang.


(Dan cinta terus menyuntikkan semangatnya kepada Aku. Cinta tidak pernah sekalipun menyerah kalah. Dia sarat dengan semangat untuk menempuh hidup. Biar manusia lain menghina dan memandang rendah terhadap dirinya namun, Cinta tidak pernah peduli. Apa yang penting dalam hidupnya dia harus berjaya mencapai apa yang diingininya. Hidup hanya sekali katanya. Jangan disia-siakan dengan kesedihan. Kata-kata itu masih berselerakkan dalam kotak fikirku untuk kufikirkan. Namun seratus peratus kata-katanya itu adalah benar. Akhirnya sedikit demi sedikit aku rasai aliran semangatnya itu masuk ke dalam setiap rongga tubuhku. Pawana malam yang berlabuh semakin kencang melabuhkan hijabnya. Dan kedua lopak mataku berhijab sama.)